Rektor UNA’IM Yapis Wamena Narasumber dalam FGD Ramadhan yang Bertemakan “Rangkul Keberagaman dan Hilangkan Perbedaan”

WhatsApp Image 2025-03-19 at 13.47.32

UNA’IM Yapis Wamena – Forum Pemuda Muslim Papua Pegunungan (FPM2P) menggelar acara istimewa yang menggabungkan kegiatan buka puasa bersama dengan Focus Group Discussion (FGD). Acara ini menghadirkan Pj Gubernur Papua Pegunungan, Dr. Velix V. Wanggai, serta Rektor Universitas Amal Ilmiah (UNA’IM) Yapis Wamena, Dr. H. Rudihartono Ismail, M.Pd., CRA., CRP. Tema yang diangkat dalam acara ini adalah “Rangkul Keberagaman dan Hilangkan Perbedaan”, sebuah ajakan yang mengusung semangat persatuan dan harmoni antar umat beragama di wilayah Papua Pegunungan yang berlangsung di lantai 3 gedung Yudha.

 

Tema ini sangat relevan dengan situasi sosial dan kultural di Papua Pegunungan, di mana keberagaman agama dan suku bangsa merupakan kekayaan yang perlu terus dijaga dan dipelihara. Dr. Rudihartono, dalam pemaparannya, menekankan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan pemahaman antar umat beragama untuk menciptakan harmoni yang lebih baik.

 

“Ramadhan adalah momen yang tepat untuk mempererat hubungan antar umat beragama. Kita memiliki tanggung jawab untuk merangkul keberagaman ini, agar tercipta kehidupan yang penuh dengan rasa saling menghargai dan penuh kedamaian,” ungkap Dr. Rudihartono dalam sesi FGD tersebut.

 

Acara yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) Cipayung, Ormas, serta tokoh-tokoh intelektual dan pemuda dari berbagai latar belakang agama, baik Muslim maupun Non-Muslim, mengedepankan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kedamaian di tengah-tengah perbedaan.

 

Pesan utama dari acara ini adalah bahwa meskipun ada perbedaan dalam agama, budaya, dan suku, semua pihak harus saling menghormati dan bekerja sama demi kepentingan bersama. Keberagaman, menurut Dr. Rudihartono, bukanlah hal yang perlu dipertentangkan, tetapi justru menjadi kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial dan budaya di Papua Pegunungan.

 

Acara ini diharapkan dapat menjadi contoh konkret bagaimana Ramadhan dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan memupuk rasa solidaritas antar umat beragama di Papua Pegunungan. Dengan keberagaman yang luar biasa di wilayah ini, semangat persatuan dan keharmonisan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. (AAT)